Kursus
Jurnalistik Intensif bertempat di Gedung Tempo, Jalan Palmerah Barat Jakarta
Barat. Untuk menuju ke sana saya harus tiga kali naik KRL dan satu kali naik
angkot. Saya menghabiskan waktu 1,5 jam perjalanan jika lancar.
Selama
pelatihan saya mendapatkan banyak pengalaman yang sebelumnya tak semilirpun
melintas dalam benak. Setiap Sabtu adalah teori. Senin hingga Jumat saya terjun
ke lapangan bersama reporter Tempo. Saya ikut meliput kerja pemerintah, melihat
penggusuran rumah warga yang diklaim tanah milik polisi, menyaksikan para mantan
tahanan politik menuntut keadilan pada Jaksa Agung, menemani kuasa hukum dari
seorang aktifis yang dibunuh TNI mengadu ke Komnas HAM, lalu pergi ke pemukiman
kumuh tempat perantau yang bernasib tak beruntung.
Di Jakarta,
saya melihat Indonesia. Beragam suku, bahasa, dan budaya. Orang baik, pura-pura
baik, dan jahat. Hitam, remang-remang, hingga putih. Semua ngelumbruk di provinsi yang menjadi ibu kota Negara Republik itu.
Batavia.
Setiap hari
melihat peristiwa yang tak pernah sama. Bertemu adegan-adegan baru. Aktor-aktor
baru. Saya merasa kecil. Ternyata saya tidak tahu apa-apa. Di sana saya belajar
dari orang-orang yang saya temui. Betapa menjadi jurnalis membuat saya merasa
hidup. Akhirnya saya memutuskan untuk mengirim lamaran menjadi reporter Tempo.
Di akhir
pelatihan, Mbak Hesti, fasilitator kelas kami, bertanya apakah saya mau menjadi
translater untuk kompartemen Internasional. Saya jawab mau. Tapi Mbak Hesti
belum bisa memastikan kapan saya bisa mulai masuk kerja.
Andai saya
jadi masuk di Tempo, saya berniat untuk membatalkan masuk kerja di Mitra Citra.
Namun hingga saya pulang ke rumah, tidak ada kepastian dari Tempo. Sedangkan
jadwal masuk saya di Mitra Citra sudah dekat. Lagi-lagi saya dihadapkan dengan
pilihan yang sulit. Saya memilih untuk pulang dan menunggu kepastian dari Tempo
di rumah.
Saya meminta
kepada Mitra Citra untuk mengundur jadwal saya seminggu. Sebab terlalu
berdekatan dengan kepulangan saya dari Jakarta. Saya pulang tanggal 7 Juni.
Saya butuh waktu untuk pulang ke rumah lebih dulu. Juga menyiapkan surat sehat,
buka rekening baru, dan mencari kos-kosan di Surabaya. Jadi saya dijadwal masuk
tanggal 17 Juni.
Hingga hari
saya masuk kerja di Mitra Citra, tak ada kabar dari Mbak Hesti.
No comments:
Post a Comment