Kado untuk Kita

  • 6
Andai aku bisa bicara pada gerimis, yang menjadi saksi bagaimana peluhku menetes saat menanti. Sayangnya, gerimis malas datang di bulan Juli. Tapi kita sudah membuat janji untuk merayakan hari itu, hari lahir kita. Untuk itulah aku bersetia menunggu, karena tak sabar menatap rupamu.


Jember, 11 Juli 2012

Kau bilang akan pulang kuliah pukul 16.00, aku berinisiatif untuk menjemputmu di kampus. Aku ingin memberi sebuah kejutan. Aku duduk bersila di gardu yang digunakan Pak Sapik sebagai pos jaga tempat parkir Fakultas MIPA. Sore itu aku begitu bersemangat, dari gardu ini aku bisa melihat Jurusan Fisika tempatmu menempuh gelar S1. Aku menunggu dengan sabar, walau sesekali bersungut-sungut ke arah gedung jurusanmu. Jantungku berdebar setiap melihat ada orang yang keluar dari sana. Berharap itu kamu.

Setengah jam sudah lewat dari jadwal kepulanganmu, sedikit demi sedikit sepeda motor habis dibawa pemilik. Mungkin dosenmu sedang memberi materi tambahan, atau barangkali beliau lupa kalau ini sudah saatnya pulang. Aku masih menunggu, sambil merapikan kembali dandananku yang mulai luntur.

Satu jam terbuang sudah, aku mulai gelisah. Ingin aku mengecek ke kelasmu atau meneleponmu, tapi aku terlalu keras kepala untuk tetap memberikan sebuah kejutan. Aku memilih kembali duduk di gardu, dengan sedikit kecewa yang terlalu kentara. Kenapa kamu tidak bilang kalau pulang terlambat? Kenapa tidak telepon atau SMS?

Adzan maghrib mulai berkumandang. Aku tidak bisa berdiam di sini. Kuputuskan pergi ke masjid Kalijaga di Jalan Kalimantan. Setelah sholat, aku bimbang antara langsung pulang atau menghubungimu. Kamu tidak menghubungiku sejak jam 16.00, waktu janjian kita. Akhirnya aku mengalah, aku meneleponmu.
"Hallo, kamu dimana?"
"Di kosan."
"Kamu inget gak kita ada janji hari ini?"
"Inget.."
"Aku dari tadi nunggu kamu di kampus."
"Kok gak bilang kamu?"
"Pingin ngasi kamu surprise. Kok aku gak liat kamu pulang?"
"Aku bareng temen tadi."
"Kamu inget ada janji sama aku kenapa nggak nyari aku?"
"Kamu tuh suka cari gara-gara ya?"
..........................
Aku speechless. Perasaanku terluka mengetahui bahwa kamu tidak berusaha mencariku sama sekali. Bahkan menyalahkanku untuk ketidaktahuanmu. Selamat, kamu berhasil membuatku menangis di hari jadi kita yang pertama.

***

Setahun kemudian, aku dan kamu masih menjadi kita. Tapi aku kapok memberi surprise dengan menjemputmu pulang dari kampus. Trauma akan peristiwa setahun yang lalu membuatku harus memilih cara lain untuk memberikan kejutan. Cara yang tak pernah kau duga. Memberi kejutan dengan berpura-pura marah seharian? Sudah terlalu mainstream, kita bukan anak ABG. Bersembunyi di balik bungkus kado raksasa? Aku takut mati kehabisan nafas. Menyamar sebagai hantu untuk menakut-nakutimu? Jangan-jangan nanti aku yang takut melihat bayanganku sendiri. Mmmm... Apa yaa...???
TIIINGG
*gambar lampu nyala*
Baiklah! Sudah kuputuskan! Aku akan mengirim sebuah kado ke alamat kosmu lewat pos meski kita berada dalam satu kota yang sama. Kamu tidak akan pernah menduga sebelumnya! Ngahngahngah (ketawa setan)

Aku berinisiatif memberikan sebuah mug dengan gambar tangan kita sedang bergandengan. Dua hari sebelum tanggal lahir kita, aku datang ke toko mug. Membeli sebuah mug lalu pergi ke percetakan mug untuk menambahkan gambar tangan kita beserta tulisan puitis sok romantis yang kubuat sehari semalam. Mug pesananku jadi besok siang, lalu setelah itu aku berencana langsung mengirimnya.

Keesokan harinya aku pergi mengambil mug pesananku, tapi ternyata mugku belum selesai, bahkan belum disentuh sama sekali. Pegawai yang melayaniku kemarin lupa mencatat namaku di daftar tunggu. Karena merasa bersalah, akhirnya mugku dikerjakan saat itu juga, tapi baru bisa diambil saat malam. Hah? Malam? Terus aku kapan ngirimnya?  Aku sangat kecewa, takut mug itu tidak sampai tepat waktu.


Jember, 11 Juli 2013

Jam 9 pagi aku pergi untuk mengambil mug, aku ingin segera mengirimnya. Walaupun kita berada dalam satu kota yang sama, aku takut kadoku tidak bisa sampai hari ini. Setelah aku membungkusnya, aku langsung pergi ke kantor JNE untuk melakukan pengiriman. Sekitar jam 11 aku sudah kembali ke kosanku. Sengaja aku tidak menghubungimu hari itu. Sama seperti dulu saat aku berharap-harap cemas menunggumu. Saat ini aku juga berharap cemas kepada orang lain yang akan menyampaikan perasaanku padamu. Kado untuk kita. Sekitar jam 15.00 kamu menelponku
"Hei.."
"Hai.."
"Makasih udah mau aku gandeng. Aku cinta kamu."
....................................
Untuk kedua kalinya aku speechless. Tapi kali ini aku benar-benar bahagia. Tidak ada air mata, dan surpriseku tiba tepat waktu. Terima kasih JNE.. :)


Tulisan ini diikutsertakan dalam Give Away Kado Terindah untuk Samwan Spesyel

dzofar.com/2015/01/05/kado-terindah-untuk-samwan-spesyel/

6 comments:

  1. Aiihhh so sweet banget deh... kenapa jamanku pacaran dulu blm ada yg jualan mug begitu ya hihihii...angkatan 45 nih :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihi... iyaa... aku juga suka senyum2 sendiri kalo keinget waktu itu.. :D

      Delete
  2. Apik banget tulisannya mbak.. Aku terharu di endingnyaaa...

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih mas ndop.... itu beneran loh kisahnya.. hehe

      Delete
  3. kisahmu so sweet banget ya.... wah ngiri dech denger critanya..... :D

    ReplyDelete